Selasa, 10 Juni 2014

Keinginan Saya Setelah Lulus Kuliah

Setelah lulus mau jadi apa?
Ini merupakan pertanyaan yang sering dilontarkan hampir kebanyakan orang kepada anak bangsa yang sedang menjalani proses menuntut ilmu, baik di sekolah ataupun di universitas. Pertanyaannya sangatlah simpel, dan enak untuk diucapkan oleh penanyanya. Namun tahukah Anda, bila pertanyaan itu adalah pertanyaan yang sulit untuk dijawab oleh kebanyakan pelajar atau mahasiswa kita?

Menurut opini saya, pertanyaan diatas merupakan pertanyaan mendalam yang pernah ada dan populer. Betapa tidak, banyak pelajar yang kesulitan untuk menjawabnya, walaupun dia merupakan siswa yang tergolong pandai. Mengapa demikian?
Karena ini menyangkut psikologis yang mendalam dari individu itu sendiri. Butuh kesiapan mental dan perencanaan yang matang terhadap tujuan dan gambaran masa depan terlebih dahulu serta perbandingan terhadap keaadaan sekarang, barulah bisa menjawabnya.

Ketika pertanyaan itu tertuju kepada saya, jawaban saya simpel, yaitu ingin hidup sejahtera. Ya, menurut saya banyaknya kekayaan bukanlah tolak ukur kesuksesan. Tapi kesejahteraanlah yang merupakan tolak ukurnya. Realitanya, banyak orang yang kaya secara materi tapi tidak sejahtera, banyak tekanan, atau bahkan dihantui masalah sosial, psiko, hukum, dan kesehatan. 

Jika diberi umur oleh Allah, setelah lulus ingin membangun negeri. Yups, membangun negeri. Membangun negeri itu tidak harus hanya mejadi abdi pemerintah seperti pegawai negeri sipil, atau terjun menjadi prajurit. Mengurangi angka pengangguran pun adalah cara untuk membangun negeri. Menjadi wirausahawan pertanian dan memberikan lapangan pekerjaan itu merupakan keinginan saya dalam membangun negeri.

Membangun negeri itu butuh perjuangan yang ekstra, seperti belajar dan memiliki cita-cita. Dari dulu bahkan sejak TK saya sudah memiliki cita-cita. Berawal dari keinginan membahagiakan masa tua Ibu dan Bapak dan memiliki lahan pertanian, perkebunan yang luas merupakan cita-cita pertama saya. Namun seperti halnya anak lain pada umumnya, menjadi seorang dokter adalah pilihan cita-cita sewaktu SD, walaupun saya takut dengan yang namanya mayat dan hantu, hhe. Kemudian berkembang lagi cita-cita ingin jadi ini atau ingin jadi itu. Bahkan sewaktu kelas 8 SMP, brkeinginan menjadi seorang politisi berlatar belakang hukum. Tak sedikit coretan dibuku pelajaran bertuliskan Dr. H. Ade Rahayu Irawan, S.H.,M.Si., lengkap dengan tanda tangan dan tulisan jabatan gubernurnya.

Namun, beberapa minggu menjelang Ujian Nasional, keinginan menjadi seorang politisi seolah memudar. Ketika teman-teman sudah sibuk membicarakan sekolah lanjutan atasnya, saya hanya bisa merenung. Dihantui kegundahan mau dilanjut kemana dan dengan apa saya sekolah. Yang ada dalam benak adalah minimal melanjutkan SMA dan memiliki ijazah SMA. Terus berdoa dan mencari informasi, akhirnya saudara mengenalkan tentang sekolah pertanian (SPMA) di Cimalaka Sumedang, dan yang lebih membahagiakan lagi dibiayai oleh pemerintah.

Setelah mendapat informasi tersebut, laman awal mozilla firefox yang biasanya langsung tertuju pada akun friendster seketika itu pula dialihkan dengan pencarian SPMA Cimalaka terus mencari informasi dan peluang, hingga pada akhirnya saya di SPMA Tanjungsari. Dan setelah lulus pun saya kerja dibidang pertanian kemudian melanjutkan studi di Fakultas Pertanian.

Kuliah di bidang Pertanian bagi sebagian sebagian orang memang dianggap rendah. Paradigma akan pertanian itu kotor, sawah, ladang, dan identik dengan kehidupan petani yang kebanyakan merupakan (maaf) keluarga miskin, menjadi acuannya. Tapi paradigma itu bukanlah hal yang menciutkan langkah saya untuk sejahtera. 

Bagi saya, pertanian itu menjanjikan, vital, bidang pekerjaannya luas, dan peluangnya besar. Mengapa demikian? Salah satu alasannya adalah perbandingan antara luasnya bidang pekerjaan dan peluang namun berbanding terbalik dengan jumlah peminat. Misalkan unit usaha agribisnis perkebunan yang sedang berkembang pesat, namun keinginan generasi penerus bangsa sedikit yang meminatinya.

Langkah awal dalam membangun negeri bagi saya adalah belajar. Dengan ilmu dan penguasaan teknologi serta ditunjang dengan latar belakang pendidikan barulah tahap kedua yaitu bekerja untuk mengumpulkan modal. Bekerja dibidang perkebunan di luar Jawa adalah impian saya karena menjanjikan masa depan yang cerah, dan akan memberikan suntikan modal yang besar untuk wirausaha saya, walaupun konsekuensinya harus meninggalkan keluarga dan kehidupan kota yang serba terfasilitasi. Yups, wirausaha itu butuh modal dan kemandirian, dan resiko itu selalu ada. Jika memiliki modal sendiri, mudah bukan untuk memulai usaha?



Tak lupa sesuai cita-cita waktu kecil, bahwa membahagiakan keluarga adalah cita-cita. Memberikan jaminan hari tua kepada orang tua, memberikan kebahagian pada keluarga, membatu membiayai sekolah anggota keluarga. 


Setelah modal terkumpul barulah berinvestasi. Banyak cara untuk berinvestasi, seperti memiliki investasi saham, dan terpenting bagi saya memiliki lahan pertanian dan memberi pekerjaan kepada penduduk sekitar. Menjadi petani itu menyenangkan, lho




Dengan menjadi petani dan memberikan lapangan pekerjaan kepada masyarakat, itu merupakan cara membangun negeri. Jika kita bisa memberikan pekerjaan kepada masyarakat, otomatis kita ikut mengentaskan kemiskinan di masyarakat. Ini merupakan tanggung jawab moral mahasiswa sebagai generasi penerus dan pembangun bangsa. 



 Kemudian, saya ingin membangun rumah tangga dengan gadis impian saya. Walaupun dari awal semester 1 sampai tulisan ini saya tulis (menjelang UAS semester 2) masih belum memiliki pasangan. Tapi suatu hari nanti pastilah ada. Aamiin. 
Membangun rumah dengan penuh kebahagiaan itu keinginan saya. Kesejahteraan itu membutuhkan kebahagiaan.




Terlintas pula keinginan saya untuk menjadi tokoh masyarakat dan memiliki yayasan amal. Indah rasanya hidup ini jika bisa membantu. Kita bisa berguna di masa depan kelak, walau saat ini merupakan beban orang tua. Inilah keinginan kuat yang tertanam di hati saya agar berguna di masa depan. 



Memiliki yayasan seperti halnya mereka yang membangun negeri. Lihatlah warga Jerman di NTT yang membangun yayasan kemanusiaan dengan membangun rumah sakit dan pendidikan penduduk kurang mampu sampai akhirnya menjadi WNI. Ini merupakan salah satu teladan dan inspirasi besar untuk saya, dan Insyallah suatu hari nanti keinginan saya mendirikan "Ade Rahayu Irawan Foundation" bisa terwujud. Aamiin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar